RAIB.

Di bawah ayoman serumpun bayan kita berkelakar. Bertukar rutuk sembari menunggu hujan. Menghirup petrichor pemburit yang berevaporasi. Tak ada anekdot tentang Voltaire dan Zadig dalam secercah kehidupan manakala tak ada sebuah rute perjalanan berujung.

Bukan salahmu untuk selalu mencoba yang baru. Mengikuti ke mana arah metronom langit menuntun sebuah langkah. Degup itu hanya milikmu dan aku. Meramban tawa di sela derita. Ini bukan salah kita untuk memilih, tak ubahnya kehidupan yang diibaratkan dengan sumpit dan mangkuk. Ada satu sisi yang takkan pernah terjelajah di kala sepasang bilah menjawat bibir yang berbeda.

Kerlap itu melurung. Turun hingga menyentuh sidik jemari. Alam bukanlah seorang penghelat, meski gelegarnya mengungkung kita dalam rerimbunan jenggala. Ada sebuah gelak yang akan terdengar menggantikan redanya guntur di tengah gelita.

 

Untuk kami berdua, sang pemenang.
Raib dan tersesat, namun menuai eulogi di tengah jenggala.<
Hutan Maribaya, 16 Maret 2013

One thought on “RAIB.

  1. Halo kak, long time no see~~ Masih inget saia? huehehe.. *siapalo
    Kok jarang ON twitter juga kak? *kepomode

    Tulisanmu selalu menarik, kak.. Pemilihan kata yang bagus, walau aku gak sepenuhnya mudeng.. hehe.. Keep writing 🙂

Leave a comment